Linimasa Muhammadiyah Tahun 1941 - 1950
1941
- Pertemuan antar cabang se-Jawa.
- Perubahan nama Kweekschool Muhammadiyah menjadi Madrasah Mu’allimin Muhammadiyah terjadi pada tahun 1941 berdasar hasil kongres Muhammadyah ke-23 19-25 Juli 1934 di Yogyakarta (Soeara Muhammadijah, 1941).
1942
- Kongres ke-30 Muhammadiyah di Purwokerto batal.
- Jepang mulai berkuasa menggantikan pemerintahan Hindia Belanda.
1943
- Jepang memberikan status hukum pada Muhammadiyah serta cabang-cabangnya di Jawa.
- Setelah Jepang membubarkan semua organisasi politik, Jepang membentuk organisasi Putera (Pusat Tenaga Rakyat) pada 16 April 1943, untuk membantu Jepang dalam perang Asia timur raya. KH. Mas Mansur bersama Ir.Soekarno, M.Hatta, dan Ki Hajar Dewantara, (dikenal sebagai empat serangkai) didudukkan sebagai pimpinan PUTERA.
- Dengan aktifnya KH. Mas Mansur di Putera, tugasnya sebagai Ketua PB. Muhammadiyah diwakilkan kepada Ki Bagus Hadikusumo.
- Makino, seorang perwira Angkatan Laut Jepang yang bertugas di Jawa, yang juga merupakan murid langsung dari Jigoro Kano (pendiri Judo), berkunjung ke Kauman, Yogyakarta untuk mengenal agama Islam sekaligus berkenalan dengan pencak silat di Kauman. Kelak setelah masuk Islam, namanya menjadi Omar Makino, dan kemudian memilih keluar dari dinas militer Kekaisaran Jepang, hingga masa tuanya mengabdi sebagai instruktur di Akademi Militer Magelang.
- 15 Oktober 1943 PETA berdiri, pendidikan angkatan pertama dilaksanakan untuk calon Shodancho (Komandan Peleton). Supriyadi tercatat sebagai angkatan pertama. Sudirman terlambat mengikuti pendidikan pada angkatan pertama ini, sehingga namanya baru masuk di angkatan kedua, mengikuti pendidikan untuk calon Daicandho ( Komandan Batalyon).
1944
- Muktamar Darurat, pertemuan cabang-cabang Muhammadiyah se-Jawa memilih secara resmi Ki Bagus Hadikusumo sebagai Ketua.
- 10 Agustus 1944, Sudirman dilantik sebagai Daidancho PETA, kemudian ditugaskan sebagai komandan batalyon peta di Kroya Jawa Tengah.
1945
- KH. Mas Mansur dan Ki Bagus Hadikusumo menjadi anggota BPUPKI.
- KH. Mas Mansur kembali ke Surabaya. Ki Bagus Hadikusumo dan Kasman Singodimedjo menjadi anggota PPKI.
- KH. Faqih Usman menjadi anggota Komite Nasional Indonesia Pusat dan Ketua Komite Nasional Surabaya.
- KH. Faqih Usman juga ikut andil dalam Muktamar (Kongres) ke-2 Umat Islam di Yogyakarta, yang mencetuskan berdirinya Masyumi pada tanggal 7 Nopember 1945.
- 10 November 1945 terjadi pertempuran di Surabaya. KH. Mas Mansur Ndresmo Surabaya dan Kiai Hasyim Asy’ari Jombang terlibat dalam mengobarkan semangat perlawanan. Sebagai akibatnya, keduanya dipenjararakan di Kalisosok, Surabaya.
- Ikatan Guru Muhammadiyah melebur ke dalam PGRI.
- 12 November 1945, Kolonel Sudirman terpilih sebagai Panglima Besar TKR, angkatan bersenjata RI yang baru saja merdeka. 15 Desember 1945, Kolonel Sudirman memukul mundur pasukan Sekutu di Ambarawa. Pada tanggal 18 Desember 1945, Sudirman dilantik sebagai Jenderal.
1946
- KH. Mas Mansur wafat pada 25 April 1946, sebagai tahanan Sekutu di penjara Kalisosok, Surabaya. Jenazahnya dimakamkan di Gipo Surabaya·
- Kongres darurat Muhammadiyah (perundingan silaturrahmi cabang/ranting seluruh Jawa dan Madura).
1947
- Pada tanggal 23 Juli 1947 bertepatan tanggal 17 Ramadhan 1367 H, diawali dengan sholat malam & i’tikaf, para ulama di Yogyakarta berkumpul di Masjid Taqwa Suronatan Yogyakarta untuk membulatkan tekad dalam mempertahankan wilayah RI yang sedikit demi sedikit dicaplok kembali oleh Sekutu. Hasil dari kebulatan tekad itu adalah lahirnya badan pejuang Islam Sabilillah di Yogyakarta, yang diberinama Angkatan Perang Sabilillah (APS). Para ulama di Yogyakarta yang tergabung dalam Sabilillah ini antara lain KH Mahfudz Siradj, RH. Haiban Hadjid, KH Ahmad Badawi, KH Amin Bahrun, KH Abdullah, dan KH M.Djuraimi (Tapak Suci). Para ulama tersebut kemudian mengutus Ki Bagus Hadikusuma, KH. Mahfud Siradj dan KH. Ahmad Badawi untuk menyampaikan kebulatan tekad ulama Yogyakarta itu kehadapan Sri Sultan Hamengku Buwono ke IX, yang kemudian disambut baik oleh Sri Sultan, bahkan kemudian Sri Sultan mengeluarkan surat keputusan persetujuan dan doa restunya. Kebulatan tekad para ulama di Yogyakarta ini kemudian dilaporkan kepada Panglima Besar Jenderal Sudirman, dan mendapat restu dari Pangsar. Maka dibentuklah Angkatan Perang Sabilillah (APS), bermarkas di Masjid Taqwa Suronatan Yogyakarta. Sebagai Ketua adalah RH. Haiban Hadjid, Wakil Ketua: A. Badawi, dan penasehat: Ki Bagus Hadikusumo. KH. M. Djuraimi sebagai Komandan Kompi. Pangsar Jenderal Sudirman bahkan menunjuk dari TNI yakni Bung Tomo dan Mayor Fachruddin sebagai pelatih APS (Abdurrahman, ”Lasykar AngkatanPerang Sabil....1983, hlm.15). Dari sini dapat dilihat adanya manunggalnya Angkatan Perang dengan para Ulama yang bersama-sama mempertahankan Negara Republik Indonesia.
- Wakil Presiden Mohammad Hatta, mengangkat AR Sutan Mansur menjadi Imam atau Guru Agama Islam buat Tentara Nasional Indonesia Komandemen Sumatera, berkedudukan di Bukit tinggi, dengan pangkat Mayor Jenderal Tituler. Tugas ini dijalankan hingga tahun 1949.
1948
- Guru-guru Muhammadiyah pimpinan H. AG. Dwidjosoeparto beserta R. Muhammad Mukam Hisjam, Ir. Sugiman, Moelono, Muhammad Aslam dan dibantu mahasiswa-mahasiswa UGM mendirikan SMA 1 Muhammadiyah pada Oktober 1948, menempati Sekolah Rakyat VI Muhammadiyah Yogyakarta (sekarang SD Muhammadiyah Ngupasan) di jalan Bhayangkara 5 Yogyakarta. (smumuhi-yog.sch.id).
- 19 Desember 1948 Belanda melakukan Agresi Militer II di Yogyakarta, ibukota Republik Indonesia kala itu.
- Perang Gerilya dipimpin Panglima Besar Jenderal Sudirman dari 1948 sampai 1949.
- KH. Burhan bersama 20 orang murid Tapak Suci gugur dalam pertempuran melawan Sekutu di Yogyakarta belahan barat. Peristiwa ini mengilhami pembentukan Komando Serba Guna (Kosegu) Tapak Suci.
1949
- Yogyakarta kembali ke RI.
- Djarnawi Hadikusuma menjadi anggota Majelis Tabligh PP Muhammadiyah
- 5 September 1949 siswa SMA 1 Muhammadiyah kembali belajar, di rumah HM.Syarbini di jalan Kauman 44 Yogyakarta. Untuk kemudian tanggal tersebut yang dijadikan hari lahir SMA Muhammadiyah 1 Yogyakarta.
1950
- 29 Januari, Sudirman wafat.
- Sutan Mansur diminta menjadi Penasehat TNI AD, berkantor di Markas Besar Angkatan Darat (MBAD). Akan tetapi, permintaan itu ia tolak karena ia harus berkeliling ke semua daerah di Sumatera, bertabligh sebagai da'i Muhammadiyah.
- Majelis Aisyiyah diganti menjadi Pimpinan Pusat ‘Aisyiyah
- 21-26 Desember, Muktamar ke-31 di Yogyakarta, kongres pertama pasca perang kemerdekaan dan proklamasi RI. Kata muktamar digunakan resmi menggantikan kata kongres. Muktamar I ini mendapat sambutan luar biasa dari warga dan tokoh Muhammadiyah karena selama 10 tahun mereka hampir tidak pernah bertemu di forum resmi yang bersifat nasional, karena saat itu para tokoh Muhammadiyah sedang terlibat menghadapi peristiwa-peristiwa penting di tanah air. Hadir dalam Muktamar itu 83 cabang dan 97 ranting. Beberapa keputusan penting dari Muktamar ini adalah:
- Mendorong dan bekerjasama dengan pemerintah untuk memperbaiki kerusakan akhlak.
- Bekerjasama dengan pemerintah untuk memperbaiki dan meningkatkan kesehatan rakyat.
- Membentuk kapal haji Muhammadiyah.
- Menyediakan studiefonds untuk membiayai para pelajar yang sekolah di luar negeri.
- Mendirikan universitas Muhammadiyah.
- Mengajukan usul kepada Badan Kongres Muslimin Indonesia dan pemerintah supaya mengadakan kongres Umat Islam se dunia dan persyarikatan blok-blok Islam.
- Mendesak pemerintah Indonesia supaya mengambil harta wakaf yang dirampas Jepang yang masih dipakai oleh pemerintah.
- Menghormati organisasi lain yang bukan Islam selama tidak merugikan dan bersedia bekerjasama.
- Menghormati dan bekerja sama dengan organisasi Islam, saling mendekati antara organisasi Islam yang satu dengan lainnya agar tidak terjadi salah paham yang dapat merugikan perjuangan pokok Islam.
- Anggota Muhammadiyah yang menjhadi anggota partai politik yang bukan Islam supaya dibiarkan jika menguntungkan cita-cita Islam dan Muhammadiyah serta diuasahakan saling pengertian agar tetap membawakan aspirasi Muhammadiyah. Apabila merugikan cita-cita Islam, anggota tersebut akan ditarik.
- Muhammadiyah, baik sebagai organisasi maupun perorangan diperkenankan menjadi anggota perwakilan rakyat.
- Ki Bagus Hadikusumo dipercaya kembali untuk tetap memimpin Muhammadiyah.
- Dimulai sejak Muktamar ke-31 ini pelaksanaan muktamar dilaksanakan setiap tiga tahun.