Linimasa Muhammadiyah 1921 - 1930
1921
- 7 Mei 1921 Dahlan mengajukan permohonan kepada pemerintah Hindia Belanda untuk mendirikan cabang-cabang Muhammadiyah di seluruh Indonesia. Permohonan ini dikabulkan oleh pemerintah Hindia Belanda (2 September 1921).
- Terbentuk cabang baru di luar residensi Yogyakarta yaitu di Blora (27 November), Surabaya (27 November), dan Kepanjen (21 Desember).
- Algemeene Vergadering X di Yogyakarta.
- Acara konferensi ini menjadi ajang pertemuan pertama kali antara KH.Busyro Syuhada dan H.Burhan (guru pencak dari Banjarnegara), dengan dua kakak beradik A.Dimyati dan M.Wahib (asal Kauman). Sejak itu, dua kakak beradik tersebut berguru pencak silat kepada KH.Busyro Syuhada (lahir 1872 di Banjarnegara, dan masih keturunan dari R.Ontowirjo/P. Dipo Negoro).
1922
- 12 April 1922, dibentuk Bagian Aisyiyah atau Muhammadiyah Istri yang bertanggung jawab dalam kegiatan khusus kaum wanita.
- Jaavergadering XI Muhammadiyah di Yogyakarta.
- Pada bulan Oktober, Ahmad Dahlan memimpin delegasi Muhammadiyah dalam kongres Al-Islam di Cirebon. Kongres ini diselenggarakan oleh Sarikat Islam (SI) guna mencari aksi baru untuk konsolidasi persatuan ummat Islam. Dalam kongres tersebut, Muhammadiyah dan Al-Irsyad (perkumpulan golongan Arab yang berhaluan maju di bawah pimpinan Syeikh Ahmad Surkati) terlibat perdebatan yang tajam dengan kaum Islam ortodoks dari Surabaya dan Kudus. Muhammadiyah dipersalahkan menyerang aliran yang telah mapan (tradisionalis-konservatif) dan dianggap membangun mazhab baru di luar mazhab empat yang telah ada dan mapan. Muhammadiyah juga dituduh hendak mengadakan tafsir Qur’an baru, yang menurut kaum ortodoks-tradisional merupakan perbuatan terlarang. Menanggapi serangan tersebut, Ahmad Dahlan menjawabnya, “Muhammadiyah berusaha/bercita-cita mengangkat agama Islam dari keadaan terbelakang. Banyak penganut Islam yang menjunjung tinggi tafsir para ulama dari pada Qur’an dan Hadits. Umat Islam harus kembali kepada Qur’an dan Hadis. Harus mempelajari langsung dari sumbernya, dan tidak hanya melalui kitab-kitab tafsir”.
- AR. Sutan Mansur berkenalan dengan Ahmad Dahlan yang sering datang ke Pekalongan untuk bertabligh. Dari interaksi itu, akhirnya ia tertarik untuk bergabung dengan Persyarikatan Muhammadiyah (1922), dan mendirikan Perkumpulan Nurul Islam di Pekalongan bersama para pedagang dari Maninjau yang telah masuk Muhammadiyah. Di Muhammadiyah ini pula AR. Sutan Mansur mengenal Fakhruddin dan KH Mas Mansur.
- Berdirinya sekolah dasar yaitu Sekolah Angka 1 dengan nama HIS Met de Qur’an.
- Kongres al-Islam Hindia I di Cirebon tahun 1922, mengangkat Fakhruddin menjadi Commite Pengusaha Pendiri Majelis Al-Islam Hindia.
1923
- 23 Februari /7 Rajab 1340 K.H. Ahmad Dahlan meninggal dunia.
- Perkoempoelan Tahoenan XII Muhammadijah di Djogjakarta.
- Kweekschool Moehammadijah dipecah menjadi bagian pria dan wanita.
- Siswa Praja Wanita masuk menjadi bagian dari kegiatan Aisyiyah.
- Perkoempoelan Tahoenan (kemudian menjadi kongres) Muhammadiyah di Jogjakarta memilih K.H. Ibrahim sebagai Ketua Pengurus Besar. Beliau menjabat sampai Kongress ke-23 di Jogjakarta tahun 1934. K.H. Ibrahim berhasil mendorong berdirinya Koperasi Adz-Dzakirat.
- Berdirinya rumah sakit pertama di Yogyakarta kemudian diikuti di Bandung, Sepanjang, Surabaya, Ujungpandang (Makassar), Semarang, dan Banjarmasin.
- Pada tahun 1923, untuk pertama kalinya Abdul Rozak Fachruddin bersekolah formal di Standaard School Muhammadiyah di Bausasran.
1924
- KH. Ibrahim mendirikan Fonds Dachlan yang bertujuan membiayai sekolah untuk anak-anak miskin.
- SP Wanita mendirikan Bustanul Athfal, kelanjutan dari FROBEL yang berdiri tahun 1919.
- Berdirinya Panti Asuhan pertama.
- Perkumpulan Tahunan XIII Muhammadiyah di Yogyakarta.
1925
- KH. Ibrahim mengadakan khitanan massal. Di samping itu, ia juga mengadakan perbaikan badan perkawinan untuk menjodohkan putra-putri keluarga Muhammadiyah. Dakwah Muhammadiyah juga secara gencar disebarluaskan ke luar Jawa
- Percetakan Persatuan mulai dapat beroperasi.
- Rapat Tahunan XIV di Yogyakarta.
- Berdirinya rumah miskin pertama.
- Fakhruddin menggerakkan pawai ummat Islam untuk memprotes kebijakan residen Yogyakarta yang terlalu menganakemaskan misi dan zending Kristen. Efeknya, ummat Islam sadar akan jatidirinya sebagai golongan yang mayoritas.
- Terjadi ancaman dan konflik antara Muhammadiyah dengan orang-orang komunis di Ranah Minang pada akhir 1925. AR. Sutan Mansur diutus Hoofdbestuur Muhammadiyah untuk memimpin dan menata Muhammadiyah yang mulai tumbuh dan bergeliat di Minangkabau.
- Atas restu KH.Busyro Syuhada, A.Dimyati dan M.Wahib mendirikan perguruan pencak silat yang diberinama Paguron Kauman. Pada waktu didirikan, telah digariskan dengan tegas dasar yang harus dipatuhi dan dilaksanakan oleh semua murid-murid silat Kauman, yaitu: (1). Paguron Kauman, berlandaskan Al Islam dan berjiwa ajaran KH.Ahmad Dahlan, membina pencak silat yang berwatak serta berkepribadian Indonesia, bersih dari sesat dan sirik; (2) Mengabdikan perguruan untuk perjuangan agama serta bangsa dan negara; (3) Sikap mental dan gerak langkah anak murid harus merupakan tindak-tanduk Kesucian. Kelak perguruan silat Kauman ini menjadi cikal bakal Perguruan Tapak Suci Putera Muhammadiyah).
1926
- Kongres ke-15 Muhammadiyah di Surabaya, KH. Ibrahim terpilih kembali. Ini merupakan rapat tahunan pertama kali yang diselenggarakan di luar Yogyakarta sejak tahun 1912. Istilah pertemuan tahunan diganti menjadi kongres.
- Haji Soedjak membentuk Bagian Penolong Haji.
- Berangkatnya Mas Mansur dan H.O.S. Tjokroaminoto ke Arab sebagai utusan Hindia Belanda.
- Kiprah politik Fakhruddin melalui SI hanya dapat bertahan sampai tahun 1926, karena adanya kemelut di kalangan anggota SI yang kemudian mengeluarkan peraturan disiplin partai, yaitu pelarangan rangkap keanggotaan bagi anggota SI. Berkaitan dengan peraturan tersebut, Fakhruddin memilih untuk tetap di Muhammadiyah. Fakhruddin juga dikenal sebagai seorang demonstran yang cukup terkenal. Bersama-sama dengan Suryopranoto (yang dikenal dengan sebutan stakings koning atau raja pemogokan), dia pernah menggerakkan demonstrasi buruh perkebunan tebu untuk menuntut hak, kehormatan, dan upah yang wajar. Oleh karenanya, ia pernah dituntut di pengadilan dengan dikenai denda 300 Gulden.
- Fakhruddin juga dipilih oleh Konggres al-Islam Hindia dan Commite Chilafat sebagai utusan untuk datang ke Konggres Chilafat di Mesir. Oleh karena Konggres Chilafat tersebut ditunda, dia tidak jadi berangkat.
- Terbentuknya Gabungan Keluarga Pelajar Muhammadiyah (GKPM) di Malang dan Garut.
- 'Aisyiyah mulai menerbitkan majalah Suara 'Aisyiyah, yang awal berdirinya menggunakan Bahasa Jawa.
- Antara 1926-1929 Muhammadiyah mulai dikenal luas di luar pulau Jawa.
1927
- Sutan Mansur bersama Fakhruddin melakukan tabligh dan mengembangkan Muhammadiyah di Medan dan Aceh.
- Kongres ke-16 Muhammadiyah di Pekalongan. KH.Ibrahim terpilih kembali.
1928
- KH. Fakhruddin wafat dalam usia muda, sekitar 39 tahun, tanggal 28 Februari 1929.
- Muhammadiyah mengirim putra-putri lulusan sekolah-sekolah Muhammadiyah (Mu‘allimin, Mu‘allimat, Tabligh School, Normaalschool) ke seluruh pelosok tanah air, yang kemudian di kenal dengan ‘anak panah Muhammadiyah’ (AR Fachruddin, 1991).
- Pada Kongres Muhammadiyah ke-17 di Yogyakarta yaitu pada masa kepemimpinan KH. Ibrahim, Muhammadiyah mendirikan Uitgeefster My, yaitu badan usaha penerbit buku-buku sekolah Muhammadiyah yang bernanung di bawah Majelis Taman Pustaka. Pada waktu itu pula terjadi penurunan gambar Ahmad Dahlan karena pada saat itu ada gejala mengkultuskan beliau.
- AR.Sutan Mansur berada di barisan depan dalam menentang upaya pemerintah Belanda menjalankan peraturan Guru Ordonansi yaitu guru-guru agama Islam dilarang mengajar sebelum mendapat surat izin mengajar dari Pemerintah Belanda. Peraturan ini dalam pandangan Sutan Mansur akan melenyapkan kemerdekaan menyiarkan agama dan pemerintah Belanda akan berkuasa sepenuhnya dengan memakai ulama-ulama yang tidak mempunyai pendirian hidup. Sikap yang sama juga ia perlihatkan ketika Jepang berikhtiar agar murid-murid tidak berpuasa dan bermaksud menghalangi pelaksanaan shalat dengan mengadakan pertemuan di waktu menjelang maghrib.
- Siti Munjiyah dari 'Aisyiyah menjadi tokoh pada Kongres Perempuan pertama di Yogyakarta pada 22-25 Desember 1928. Siti Munjiyah membela hukum perkawinan Islam dan berbicara kedudukan mulia kaum wanita dalam agama Islam, setelah mendengar perdebatan dan kritik mengenai perkawinan dalam agama Islam.
1929
- Kongres Muhammadiyah ke-18 di Surakarta. Salah satu keputusan kongres adalah didirikan SP Wanita dengan sebutan Aisyiyah Urusan Siswa Praja, di semua cabang Muhammadiyah.
- KH. Hasbi mendirikan cabang Muhammadiyah di Banjarnegara. KH. Hasbi adalah ayah dari KH.Burhan, murid KH.Busyro Syuhada (cikal bakal Tapak Suci).
- AR.Sutan Mansur berhasil mendirikan cabang-cabang Muhammadiyah di Banjarmasin, Kuala Kapuas, Mendawai, dan Amuntai.
- Djuanda Kartawidjaya masuk di Sekolah Tinggi Teknik (Technische Hofe School, sekarang ITB). Ia memilih jurusan teknik sipil dengan beasiswa. Djuanda adalah anak dari R.Kartawidjaya, seorang mantri guru dan aktivis Muhammadiyah dari Tasikmalaya. Kartawidjaya-lah yang berpesan kepada Djuanda agar mengabdi kepada Muhammadiyah. Kelak Djuanda lulus dari THS di tahun 1933 dan dikenal sebagai Ir.Djuanda.
1930
- Kongres ke-19 Muhammadiyah di Bukittinggi (14-26 Maret 1930). Kongres ini memutuskan bahwa di setiap karesidenan harus ada wakil HB Muhammadiyah yang dinamakan Konsul Muhammadiyah.
- Berdirinya Muhammadiyah cabang Merauke.
MIR