Linimasa Muhammadiyah Bagian-3

Linimasa Muhammadiyah 1931- 1940

1931

  • Kongres ke-20 Muhammadiyah di Yogyakarta. Dalam kongres ini diputuskan bahwa Siswa Praja Wanita berganti nama menjadi Nasyiatul Aisyiyah.
  • AR. Sutan Mansur dikukuhkan sebagai Konsul Muhammadiyah untuk wilayah Minangkabau (Sumatera Barat).


1932

  • Kongres ke-21 Muhammadiyah ke-21 di Makassar, memutuskan supaya Muhammadiyah menerbitkan surat kabar (dagblaad). Untuk pelaksanaannya diserahkan kepada Pengurus Muhammadiyah Cabang Solo, yang dikemudian hari surat kabar itu dinamakan Adil.
  • Tanggal 2 Mei/26 Dzulhijjah 1350, Pemuda Muhammadiyah berdiri.
  • Sampai tahun ini Muhammadiyah sudah memiliki 103 Volkschool, 47 Standaardschool, 69 Hollands Inlandse School (HIS), dan 25 Schakelschool, yaitu sekolah lima tahun yang akan menyambung ke MULO (Meer Uitgebreid Lager Onderwijs yang setingkat SLTP saat ini) bagi murid tamatan vervolgschool atau standaardschool kelas V. Dalam sekolah-sekolah Muhammadiyah tersebut juga dipakai bahasa Belanda sebagai bahasa pengantar.
  • Sekolah-sekolah Muhammadiyah saat itu merupakan salah satu lembaga pendidikan yang didirikan pribumi yang dapat menyamai kemajuan pendidikan sekolah-sekolah Belanda, sekolah-sekolah Katolik, dan sekolah-sekolah Protestan.


1933

  • Kongres ke-22 Muhammadiyah di Semarang.
  • Cabang-cabang Muhammadiyah telah berdiri hampir di seluruh tanah air. 
  • Ir. Djuanda lulus dari Technische Hoge School (sekarang ITB). Ia mengawali kariernya sebagai guru besar di Meer Uitgerbried Lager Onderwij (MULO, sekolah setingkat SMP) Muhammadiyah di Jakarta dari 1933 hingga 1937. Sekolah Muhammadiyah tersebut menerima murid yang tidak diterima di negeri karena kemampuan bahasa Belanda yang kurang lancar. Sengaja ia lebih memilih mengabdi di Muhammadiyah dengan gaji seadanya. Padahal, ia juga ditawari menjadi asisten dosen di Technische Hoge School dengan gaji yang jauh lebih besar.


1934

  • Kongres ke-23 Muhammadiyah di Yogyakarta memilih KH. Hisyam sebagai Ketua Pengurus Besar Muhammadiyah, menggantikan KH. Ibrahim.


1935

  • AR.Sutan Mansur bersama Abdul Karim Amrullah berhasil menolak guru ordomantie di Sumatera Barat.
  • Cabang-cabang Muhammadiyah telah berdiri hampir di seluruh tanah air. 
  • Ki Bagus Hadikusumo membuat Risalah Katresnan Djati (1935).


1936

  • Kongres ke-25 Muhammadiyah di Batavia (Jakarta) KH. Hisyam terpilih kembali. 
  • Ki Bagus Hadikusumo membuat Poestaka Hadi (1936).
  • Di Cilacap, Sudirman mulai bekerja sebagai seorang guru, dan kemudian menjadi kepala sekolah, di sekolah dasar Muhammadiyah.
  • Sudirman mulai berguru kepada KH.Busyro Syuhada (cikal bakal Tapak Suci),
  • Ir.Djuanda menjadi direktur sekolah Algemene Middelbare School (AMS) Muhammadiyah yang terletak di Jl. Kramat Raya 49. AMS Muhammadiyah ini berkembang pesat. Salah seorang rekan pengajar yang juga ikut berjasa dalam mengembangkan AMS Muhammadiyah ini adalah Maria Ulfah, wanita pertama Indonesia yang meraih gelar Meester in de Rechten (Sarjana Hukum dari Leiden University). Dikemudian hari MR.Maria Ulfah diangkat sebagai menteri sosial pada Kabinet Syahrir II


1937

  • KH. Mas Mansur (sebelumnya sebagai Konsul Muhammadiyah Daerah Surabaya) terpilih menjadi Ketua Pengurus Besar Muhammadiyah hasil keputusan Kongres ke-26 di Yogyakarta. Jabatan Konsul Muhammadiyah Daerah Surabaya kemudian digantikan oleh KH.Abdul Faqih.
  • Di Kauman, Yogyakarta, KH. Mas Mansur yang berlatar belakang silat dari Madura dan Jawa Timur, gesit dalam permainan kaki, berkenalan dengan guru pencak di Kauman, A.Dimyati dan M.Wahib.


1938

  • Kongres ke-27 Muhammadiyah di Malang. KH. Mas Mansur terpilih kembali.
  • Kepemimpinan KH. Mas Mansur ditandai dengan kebijaksanaan baru yang disebut Langkah Muhammadiyah 1938-1949, yang terdiri dari dua belas langkah yang dicanangkannya.
  • Ketika Bung Karno diasingkan ke Bengkulu, AR.Sutan Mansur menjadi penasehat Agama Islam bagi Bung Karno.
  • Bung Karno menjadi guru sekolah rendah Muhammadiyah di Bengkulu (Adams, 1966;193).
  • Simbol Padi ditetapkan menjadi simbol NA, yang sekaligus juga menetapkan lagu Simbol Padi sebagai Mars Nasyiatul Aisyiyah. 


1939

  • Kongres ke-28 Muhammadiyah di Medan. KH. Mas Mansur terpilih kembali.
  • Penolong Kesengsaraan Oemat menjadi bagian dari Aisyiyah.
  • Nasyiatul Aisyiyah menyelenggarakan Taman Aisyiyah sebagai wadah untuk mengembangkan bakat, potensi, dan minat putri-putri NA. Selain itu, Taman Aisyiyah juga menghimpun lagu-lagu yang dikarang oleh komponis-komponis Muhammadiyah dan dibukukan dengan diberi nama Kumandang Nasyi'ah.

1940

  • Kongres ke-29 Muhammadiyah di Yogyakarta. KH. Mas Mansur terpilih kembali.
  • Berdirinya Grup Muhammadiyah di Sumbawa Besar.