Segu atau Kasegu adalah nama senjata khas TAPAK SUCI. Kata SEGU bermakna "Serba Guna". Senjata ini diciptakan oleh Pendekar Besar M. Barie Irsjad. Senjata Segu diabadikan menjadi lambang Anggota TAPAK SUCI. Senjata ini terbentuk dari susunan huruf ‘mim’, ‘ha’, mim’, dan ‘dal’ yang membentuk lafaz ‘Muhammad’ (Rasulullah SAW).
Pesan pendidikan yang terdapat pada Senjata Khas Segu ini antara lain:
1. Lafaz ‘Muhammad’
Senjata Segu terbentuk dari susunan huruf hijaiyah: ‘mim’, ‘ha’, mim’, dan ‘dal’ yang membentuk lafaz ‘Muhammad’ (Rasulullah SAW). Hal ini mencerminkan bahwa TAPAK SUCI sebagai pengikut setia Nabi Muhammad SAW.
2. Bentuknya sederhana
Segu memiliki bentuk yang sederhana, mencerminkan tuntunan sikap Rasulullah SAW yang sederhana.
3. Memenuhi unsur keperluan beragam gerak dan lintasan.
Segu bermakna serba guna karena dapat memenuhi unsur keperluan untuk beragam gerak, kegunaan, dan lintasan baik lurus maupun melingkar. Bahkan Segu terdorong dari inspirasi untuk menciptakan sebuah perkakas yang dapat digunakan tidak hanya untuk senjata beladiri namun juga untuk keperluan lain. Sebagai contoh, bentuk Segu menyerupai alat yang dahulu biasa digunakan untuk memasang lampu telpok gantung di Mesjid Gede Kauman dan di rumah-rumah rakyat di sekitarnya.
Dengan demikian Senjata Segu yang merupakan senjata khas Tapak Suci memiliki makna bahwa: anggota Tapak Suci adalah pengikut Nabi Muhammad Rasulullah SAW, berarti wajib atas dirinya dalam menyelesaikan masalah yang menyangkut dirinya, keluarganya, atau kelompoknya, untuk Ittiba’ Uswatun Hasanah yang dituntunkan Rasulullah SAW, dengan penuh keyakinan dan berserah diri kepada Allah SWT akan terselesaikannya masalah yang dihadapi. Hakikat dari sikap ini adalah keyakinan bahwa Akhlaqul Karimah yang telah dituntunkan oleh Muhammad Rasulullah SAW merupakan sumber kekuatan yang ampuh untuk mengatasi masalah dan menuju keselamatan fid duniya wal akhirat.
Senjata Segu yang asli untuk bela diri justru bukanlah jenis senjata tajam (runcing), melainkan yang tumpul pada ujungnya. Senjata ini disebut dengan Segu Pakarang. Kemudian Pak Barie membuat senjata Segu lainnya yang dibuat meruncing pada ujungnya, disebut dengan Segu Pangarak, untuk digunakan pada upacara perguruan. Segu Pangarak yang disebut juga "Pengiring". Tradisi pada acara pembukaan sebuah kegiatan perguruan, Segu Pakarang dibawa bersama senjata pengiring yaitu Segu Pangarak, kemudian Segu Pangarak ditancapkan pada tempat tertentu (misalnya batang pisang), dan baru dicabut pada acara penutupan kegiatan.
MIR082012