Omar Makino dalam Sejarah Tapak Suci

Dalam sejarah Tapak Suci ada disebutkan tentang seorang perwira berkebangsaan Jepang yang bernama Makino, yang pernah datang ke Kauman pada tahun 1943. Tulisan ini untuk mengungkap kembali sosok tentang Makino, berdasarkan tulisan-tulisan yang berhasil penulis temukan.

Dalam sejarah Tapak Suci, disebutkan bahwa tahun 1943, Makino, seorang perwira militer Jepang datang ke Kauman. Makino datang ke Kauman untuk bertemu dengan tokoh-tokoh agama di Kauman. Makino juga tertarik melihat pemuda-pemuda di Kauman banyak yang belajar pencak. Meskipun tujuan yang utama adalah bertemu kyai-kyai dalam rangka belajar agama Islam, Makino sempat menurunkan kemampuannya dalam menggunakan senjata pedang (katana) kepada pemuda-pemuda di Kauman, termasuk juga M.Barie Irsjad. Setelah masuk Islam, namanya diganti menjadi Omar Makino. Di Indonesia kemudian Omar Makino dikenal sebagai Bapak Judo.

Seichi Makino (tingkat Dan V) adalah seorang perwira AL Jepang yang pada Perang Dunia II yang ditugaskan di Pulau Jawa. Disamping sebagai perwira militer, Makino sendiri sesungguhnya adalah murid langsung dari Professsor Jigoro Kano. Siapakah Professor Jigoro Kano itu? Professor Jigoro Kano adalah pendiri Judo pada tahun 1882.

Setelah Jepang menyerah tanpa syarat kepada sekutu pada tahun 1945, seluruh tentara Jepang menjadi tahanan sekutu. Perwira Makino yang saat itu sudah berpihak dan berjuang di pihak Indonesia kemudian menetap di Yogyakarta. Makino pun telah memeluk Agama Islam, dan mengganti namanya menjadi Omar Makino (Umar Muhammad Makino). Beliau diangkat menjadi instruktur militer di Akademi Militer Nasional (AMN) di Magelang, dan menyandang gelar Prof.Makino (karena kepiawaiannya dalam beladiri). Makino menikah dengan seorang gadis Jawa.

Sebagai praktisi beladiri Judo, disamping pernah sebagai instruktur militer di Akademi Militer Nasional (AMN) di Magelang, Omar Makino pernah membuka dojo Judo di Surabaya, dan juga mengajar di Institut Judo Djakarta Raya (IJDR). Murid-muridnya selalu menjadi judoka-judoka yang disegani dalam setiap kompetisi dan berpengaruh di Indonesia. Mungkin itu pula sebabnya muncul upaya untuk menyingkirkan nama beliau dari sejarah perkembangan awal Judo di Indonesia. Dari beberapa referensi disebutkan bahwa Omar Makino juga pernah menjabat sebagai Direktur Teknik PJSI dimana saat itu PJSI sudah menjadi anggota resmi INTERNASIONAL JUDO FEDERATION (IJF).

Tahun 1970-an saat murid-murid langsung dari Jigoro Kano sudah banyak yang meninggal, hanya Makino saja yang masih tersisa. Dikabarkan saat itu Makino mengidap sakit gula dan sudah dalam keadaan lumpuh, walaupun masih melatih murid-muridnya di Institut Judo Djakarta Raya. Hal ini membuat pemerintah Jepang melalui Kantor Kedutaannya saat itu  memohon kepada Makino untuk bersedia kembali ke Jepang untuk berobat dan kembali menjadi warga negara Jepang serta melanjutkan tradisi Judo di Jepang.

Karena kecintaannya kepada bangsa Indonesia, beliau menolak kembali ke Jepang walaupun saat itu pemerintah Jepang akan membayar kembali pensiun beliau dan seluruh fasilitas, termasuk fasilitas pengobatan yang saat itu sangat dibutuhkan oleh beliau yang hidupnya sangat sederhana sekali. Pada saat itu banyak sekali pejudo senior Jepang yang datang ke Jakarta untuk mendapatkan tanda pengesahan tingkat keahlian mereka (cap stempel kecil semacam tanda tangan) dari Omar Makino.

Professor Seiichi Makino, atau Omar Makino, atau Umar Muhammad Makino, wafat di Yogyakarta dan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Yogyakarta dengan upacara militer. Karena jasa beliau dalam mengembangkan Judo di Indonesia, maka dalam kongres PJSI beliau diangkat menjadi tingkat Dan VIII.
(MIR)



Sumber:
  • Sejarah TAPAK SUCI
  • http://makino-judo-di-indonesia.blogspot.com/
  • http://makinoseiichi-judo-indonesia.blogspot.com/
  • http://id.wikipedia.org/wiki/Jujutsu
  • http://kokoreang.blogspot.co.id/2015/06/sekilas-tentang-judo.html
  • https://ifanpuji.wordpress.com/sejarah-judo/