KETAPAKSUCIAN-2, berisi tentang:
Keanggotaan Tapak Suci
Keanggotaan Tapak Suci terdiri dari anggota biasa, anggota penuh, dan anggota kehormatan.
Anggota biasa yakni Siswa.
Yang dapat diterima menjadi Siswa Tapak Suci adalah anak-anak, remaja, dewasa putra-putri beragama Islam yang menyetujui Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Tapak Suci serta telah memenuhi persyaratan yang ditetapkan.
Anggota Penuh Tapak Suci terdiri dari Kader dan Pendekar yang telah memenuhi persyaratan keanggotaan yang diatur di dalam Anggaran Rumah Tangga.
Sedangkan anggota kehormatan Tapak Suci adalah orang yang karena jabatannya, kedudukannya dan atau keahliannya telah diangkat oleh Pimpinan Pusat Tapak Suci dengan surat ketetapan.
SENAM SANG SURYA
Senam SANG SURYA adalah senam ritmik baku berupa gerak pernapasan dengan iringan musik mars Muhammadiyah "Sang Surya", yang terdiri dari 12 bagian (disebut "sinar"), yang diciptakan oleh Perguruan TAPAK SUCI pada tahun 2010. Karena gerakan dan ritme yang lembut dan pelan, gerakan senam Sang Surya dapat dilakukan oleh semua kelompok usia baik anak-anak, remaja, dewasa maupun lansia. Senam Sang Surya juga dapat dijadikan ajang perlombaan yang dapat ditampilkan perorangan maupun kelompok, dengan membuat berbagai variasi arah hadap selama tidak mengubah bentuk gerakan baku. Jumlah gerakannya pun tidak banyak, hanya terdiri 12 gerakan sederhana yang dilakukan berulang-ulang dengan iringan musik.
Senam yang berdurasi sekitar 15 menit ini dirumuskan oleh Dewan Guru (sekarang Majelis Guru) TAPAK SUCI bersumber dari ilmu pernafasan yang diwariskan dari KH.Busyro Syuhada, seorang ulama dan pendekar yang patriotik dari Binorong, Banjarnegara, Jawa Tengah, yang merupakan guru dari cikal bakal Perguruan TAPAK SUCI. Lahir pada tahun 1872 di Banjarnegara, Jawa Tengah, dengan nama kecilnya R.Ibrahim, KH.Busyro Syuhada adalah seorang pendekar yang banyak dikenal kala itu sebagai ahli dalam spiritual (ruhani) dan ragawi terlebih seni pernafasan. Senam ini merupakan karya dari Pimpinan Pusat TAPAK SUCI yang saat itu diketuai oleh Muchdi Purwopranjono, P.Br., dipersembahkan untuk semua kalangan masyarakat pencinta olahraga, senam dan pernafasan.
Urutan Gerak Senam Sang Surya:
- Persiapan
- Berdoa
- Sinar 1
- Sinar 2
- Sinar 3
- Sinar 4
- Sinar 5
- Sinar 6
- Sinar 7
- Sinar 8
- Sinar 9
- Sinar 10
- Sinar 11
- Sinar 12
- Berdoa
- Selesai
GENERASI PERINTIS TAPAK SUCI
Guru Cikal Bakal:
K.H.Busyro Syuhada
Murid-murid Perintis:
- Achyat (Banjarnegara), adik misan KH. Busyro, setelah naik haji berganti nama menjadi K.H. Burhan yang tumbuh menjadi seorang pendekar yang mumpuni,yang dikatakan mempunyai kemampuan pencak silat dhohir yang lebih tangguh daripada gurunya. Sedang kemampuan pencak silat inti seimbang dengan gurunya. Ayah dari K.H.Burhan adalah K.H. Hasbi, yang pada tahun 1929 mendirikan cabang Muhammadiyah di Banjarnegara.
- M. yasin (Banjarnegara), adik kandung K.H.Busyro Syuhada, kemudian dikenal sebagai K.H. Abu Amar Syuhada, adalah seorang pendekar dan murid K.H. Ahmad Dahlan, pendiri Muhammadiyah.
- Dua kakak beradik Ahmad Dimyati dan Muhammad Wahib (Kauman, Yogyakarta). Keduanya berasal dari Kauman, Yogyakarta. Melalui dua kakak beradik inilah yang kelak berdiri Perguruan Tapak Suci.
- Soedirman (Cilacap), seorang guru Muhammadiyah di Cilacap yang berguru kepada K.H.Busyro Syuhada, kemudian berkiprah di dunia militer yang kemudian dikenal sebagai Panglima Besar Jenderal Soedirman.
Cikal Bakal:
Ahmad Dimyati dan Muhammad Wahib.
Guru aliran Cikauman (Banjaran-Kauman), satu-satunya aliran pencak silat di Kauman, Yogyakarta.
Pada waktu Perguruan Kauman/Cikauman berdiri, digariskan dengan tegas dasar yang harus dipatuhi dan dilaksanakan oleh semua murid-muridnya, yaitu: (1). Cikauman/Pencak Kauman, berlandaskan Al Islam dan berjiwa ajaran K.H. Ahmad Dahlan, membina pencak silat yang berwatak serta berkepribadian Indonesia, bersih dari sesat dan sirik; (2). Mengabdikan perguruan untuk perjuangan agama serta bangsa dan negara; (3).Sikap mental dan gerak langkah anak murid harus merupakan tindak-tanduk kesucian. Keilmuan Perguruan Kauman adalah aliran Cikauman (Banjaran-Kauman). "Ci" : sungai/air/aliran. Cikauman: aliran Kauman.
Generasi ke-1:
M.Djuraimi.
Generasi ke-2: guru Siranoman
M. Syamsuddin. Berguru dengan cara "ngenger" dan bertugas sebagai cantrik di rumah Pendekar M. Wahib. M. Syamsuddin juga dikenal sebagai seorang pemain sepak bola yang handal, berasal dari klub “JOR HW”, yang kelak dikenal dengan nama Laisi (Lesi), seorang pemain PSIM yang legendaris. Setelah dinyatakan lulus, M. Syamsuddin diizinkan untuk mendirikan paguron Siranoman.
Generasi ke-3:
M. Zahid. Beliau adalah anak murid M. Syamsuddin, yang berotak cemerlang dan berkemampuan tinggi, serta pergaulannya luas. Salah satu kehandalan M. Zahid bertumpu pada ketajaman gerak. M. Zahid juga berhasil mengembangkan dari lima menjadi delapan kembangan, serta berhasil merancang pendidikan keilmuan pencak sehinga lebih metodis dan mudah untuk dimassalkan. Beliaulah yang mula-mula meletakkan dasar-dasar pembinaan secara metodis dan mudah dikembangkan.
Namun M. Zahid wafat pada tahun 1948 sehingga belum sempat mendirikan perguruan, namun sempat melahirkan seorang murid andalan, yaitu M.Barie Irsjad yang kelak lulus sebagai angkatan ke-6.
Generasi ke-4:
Pada generasi ke-4 tampil Moh. Djamiat Dalhar, yang tidak asing lagi di dunia olahraga Indonesia sebagai macan bola yang belum ada tandingannya. Selain itu pada generasi keempat ini juga tampil Wasthon Sudjak, dan M.Bakir Idrus.
Generasi ke-5:
Pada generasi ke-5, Ibu Pertiwi mencatat dua puluh orang murid Kauman bersama K.H. Burhan, yang gugur sebagai kusuma bangsa ketika pertempuran melawan Belanda di belahan barat Yogyakarta, pada masa Agresi II Belanda. Kehilangan banyak santrinya membuat Cikauman untuk beberapa saat tidak menampakkan akan muncul lagi pendekar.
Generasi ke-6: guru Kasegu
Di generasi ke-6 inilah muncul M. Barie Irsjad. Sebetulnya M.Barie Irsjad telah tercatat sebagai murid generasi ke-4 namun saat itu umurnya masih terlalu muda sehingga dimasukkan ke dalam generasi ke-6. Sejak wafatnya M.Zahid, M.Barie Irsjad diambil langsung oleh M.Syamsuddin, kemudian setelah lulus oleh M.Syamsuddin, M.Barie Irsjad diserahkan kepada Pendekar Besar M.Wahib. Atas petunjuk Pendekar Besar A.Dimyati dan M.Wahib, M.Barie Irsjad diarahkan untuk adu kaweruh tidak saja tangan kosong tapi juga bersenjata, hasilnya kelak berupa senjata-senjata tradisi TAPAK SUCI. Bersama-sama dengan Pemuda Muhammadiyah atas restu dari A.Dimyati dan M.Wahib mengadakan kegiatan pencak silat dengan mendirikan Perguruan Kasegu.
Angkatan ke-7:
Untuk mewujudkan rencana mendirikan TAPAK SUCI, Pendekar M. Wahib mengutus 3 orang muridnya yang belum dibaiat, yaitu: Ahmad Djakfar, Slamet, dan M.Dalhar Suwardi. Kemudian M. Syamsuddin mengirim 2 orang muridnya yaitu M.Zundar Wiesman dan Anis Susanto. Sedangkan murid yang berasal dari Kasegu antara lain yaitu Drs. Irfan Hadjam, M. Djakfal Kusuma, Sobri Ahmad, dan M.Rustam.
Murid-murid pada generasi ketujuh adalah generasi yang bersama tokoh-tokoh Cikauman dan Muhammadiyah berperan dalam melahirkan Perguruan TAPAK SUCI. Murid angkatan ketujuh ini mulai berlatih di tahun 1957, biasanya empat kali seminggu mulai pukul delapan (ba’da Isya) sampai mendekati Shubuh.
Angkatan ke-8:
Perguruan TAPAK SUCI.
Atas izin Allah SWT pada tanggal 10 Rabiul Awal 1383 H / 31 Juli 1963 pukul 21.00 bertempat di Gedung Pesantren Aisyiyah, di Kauman, Yogyakarta, dideklarasikan berdirinya Persatuan Pencak Silat TAPAK SUCI.
Pada waktu deklarasi Tapak Suci, telah digariskan bahwa:
- Tapak Suci berjiwa ajaran KH. Ahmad Dahlan;
- Keilmuan Tapak Suci bersifat Methodis dan Dinamis;
- Keilmuan Tapak Suci bersih dari syirik dan menyesatkan.
Deklarasi berdirinya TAPAK SUCI bukanlah deklarasi berdirinya sebuah perguruan yang kedudukannya sebagai cikal bakal--atau induk--seperti halnya Perguruan Kauman (Cikauman), melainkan deklarasi berdirinya sebuah perguruan yang mempersatukan, melanjutkan, dan mengembangkan aliran Cikauman (Kauman, Siranoman, dan Kasegu) dalam wujud berupa aliran dan perguruan tunggal, yaitu: TAPAK SUCI.